Menjadi Pendidik Andal di Masa Sekolah Online
Oleh:
Benediktus Urung, S. Pd.
Staf
Pengajar di SMK Swasta Santo Aloisius
Sejak pandemi Covid 19 melanda
seantero dunia, perubahan pun terjadi dalam banyak hal termasuk dalam sistem
atau kebiasaan bagaimana cara kita dalam berinteraksi sebagai individu yang
satu dengan individu atau kelompok lain. Salah satu contoh jika dulu, menurut tradisi
atau kebiasaan bahwa salaman atau jabat tangan dengan seseorang yang baru
dijumpai adalah suatu kebiasaan yang baik dan perlu diajarkan secara turun
temurun dan bahkan hal itupun dianggap sebagai sebuah tradisi dalam bertata
krama. Namun hal itu seakan dianggap tabu atau hal yang tidak boleh dilakukan
pada saat virus sudah menyebar ke seluruh dunia sehingga sesama manusia saling mengingatakan untuk tidak boleh
saling bersentuhan dan bahkan media pun turut berperan aktif dan sedang gencar-gencarnya
mensosialisasikan untuk menghindari salaman atau tradisi berjabatan tangan
entah kapan, dengan siapa dan di mana saja.
Lalu bagaimana peran
pendidik dalam menghadapi realita ini? Peran pendidik sangat ditentukan dalam perubahan ini, maju dan
mundurnya sebuah peradaban tergantung bagaimana cara atau strategi guru dalam
berproses. Transisi mendadak dunia pendidikan dari belajar di sekolah berpindah
ke rumah membuat semua sistem pembelajaran berubah. Sebagian besar pengajar
mengirim materi dalam bentuk dokumen file saja, sementara yang lain memastikan
siswa/siswi memiliki perangkat seperti handphone, komputer dan fasilitas
penunjang seperti paket data atau wifi. Sebagai seorang
pendidik, tentunya kita dituntut untuk tidak gampang
menyerah dan cepat beradaptasi
mengikuti arus
perubahan itu. Seorang guru harus
konsisten pada tugas
panggilannya sebagai pendidik dan
pengajar yang baik dan profesional. Sebagai bukti keperofesionalan dalam arus
perubahan itu saya ingin menceritakan
pengalaman saya sesuai dengan apa
yang saya lakukan selama berproses di sekolah dalam menjalani pembelajaran online (dalam
jaringan) selama ini.
Pengalaman
saya ketika menjalankan pembelajaran secara online (dalam jaringan), saya
menggunakan beberapa metode yaitu: Pertama, saya mengajak siswa/siswi
untuk berpartisipasi dalam peroses pembelajaran. Dengan berpartisipasi secara
pro aktif, mereka diharapkan terlibat atau ikut ambil bagian dalam peroses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun metode ini juga mengalami kendala di mana masalahnya
terutama di kalangan siswa dari keluarga kurang mampu secara finansial,
sebagian yang lain karena mereka kurang memiliki akses jaringan internet yang kurang
bagus dan adanya keterbatasan kuota internet. Untuk masalah ini saya dan pihak
sekolah tentu punya cara lain yaitu dengan menghadirkan mereka di sekolah untuk
mengambil segala keperluan berkaitan dengan pembelajaran.
gambar : pembelajaran daring via aplikasi zoom cloud meeting
Kedua,
saya memilih berbagai sarana yang dipakai sebagai sumber pembelajaran untuk siswa/siswi
misalnya google classroom, google form, zoom meeting dan WA.
Jika memungkinkan, saya sebagai guru harus menahan diri dalam menerangkan
materi agar peserta didik berkesempatan untuk menyampaikan pemahaman mereka
terkait materi pembelajaran. Saya berpikir bahwa dengan mendengarkan penjelasan
saya selama berjam-jam secara monoton dapat membuat siswa/siswi menjadi bosan
dan kadang ada siswa yang meninggalkan zoom meeting yang sedang berlangsung. Saya
berusaha agar materi yang saya berikan kepada siswa/siswi dapat mereka pahami dan
dikaitkan dengan dunia nyata atau dapat mereka implementasikan materi ajar
tersebut dalam kehidupan keseharian mereka. Eksplorasi, pencarian, menemukan
dan menyelesaikan suatu masalah meski menghabiskan setidaknya beberapa minggu
untuk suatu topik jauh lebih mungkin untuk membangun pengetahuan dan kosa kata
yang sangat penting untuk dipahami daripada hanya mengejar berdasarkan jumlah
kompetensi dasar atau KD yang ada. Misalnya dalam mata pelajaran Sejarah
Indonesia ada yang dinamakan rumus dasar dalam penulisan sejarah yaitu konsep
atau rumus 5 W + 1 H. Hal tersebut berkaitan dengan apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa dan bagaimana. Hal ini harus betul-betul dipahami oleh siswa/siswi bagaimana
cara menulis sebuah peristiwa atau kejadian berdasarkan kronologisnya
(berdasarkan urutan kejadian dalam suatu peristiwa) dengan baik dan benar.
Berkaitan dengan rumus ini juga siswa/siswi hendaknya tidak gampang termakan
atau mudah percaya dengan berita-berita fiktif, berita-berita hoax seperti yang
sering kita dengar, kita baca di berbagai media sosial akhir-akhir ini atau
paling tidak mereka bisa membedakan antara berita berdasarkan fakta dan berita
fiktif.
Ketiga,
Jadikan pembelajaran online (dalam jaringan) seinteraktif mungkin. Maksudnya
adalah siswa/i memerlukan kesempatan tidak hanya untuk mendengarkan atau
membaca tetapi harus secara pro aktif memproses informasi atau meteri yang
disajikan. Beberapa platform memungkinkan saya sebagai guru untuk memberikan
kuis singkat terkait materi yang disajikan dan saya bisa langsung mendapatkan
hasilnya melalui media google form yang saya gunakan dalam proses pembelajaran.
Bahkan jika saya sebagai guru tidak memiliki pilihan itu, saya kadang memeriksa
sendiri secara berkala pekerjaan mereka terkait materi pembelajaran yang saya
berikan sebagai contoh materi tentang kronologi suatu kejadian di mana siswa/i
dituntut harus mampu menjawab pertanyaan tentang kapan, apa, di mana, atau
mengapa sesuatu terjadi (5 W+1 H) adalah suatu bentuk pembelajaran dimana
siswa/i bisa berproses, belajar dan membantu diri mereka sendiri untuk menyerap
dan mengingat materi. Sebagai contoh praktek, sebagai seorang guru Sejarah
Indonesia (SINDO) ketika di sekolah, saya membuat rekaman bacaan teks Sumpah Pemuda
dalam kelas dengan keras dan secara berkala diminta oleh siswa untuk
menghentikan rekaman video tersebut lalu mereka memberikan pertanyaan. Untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan, idealnya saya sebagai guru tidak hanya membaca secara
monoton tetapi saya memberi kesempatan kepada siswa/i yang mau bertanya dan
mendengar atau melihat jawaban dan jika mereka salah, saya seharusnya
memberikan jawaban yang benar atau saya membimbing mereka untuk mengetahui
jawaban yang benar.
Keempat,
seimbangkan pembelajaran sinkron dan asinkron. Maksudnya pembelajaran yang saya
terapkan harus bevariasi, selain melakukan pembelajaran melalui zoom meeting
saya juga membagikan materi dalam bentuk soft file dan hard copy kepada siswa/i
sebagai pegangan mereka. Pembelajaran online (dalam jaringan) memang
menyenangkan dan hal ini yang dinamakan dengan proses kebiasaan baru (the new
normal), namun pada titik tertentu siswa/siswi mengalami titik jenuh yah mungkin
karena kebanyakan materi atau tugas yang diberikan. Nah, pada saat itulah saya
dituntut untuk berkreasi secara kreatif agar pembelajaran saya menjadi menarik
dan salalu diminati untuk dipelajari. Saya juga mengalami suatu kendala di mana
ada siswa/i yang tidak mengikuti zoom meeting pada saat pembelajaran dengan
alasan mereka tidak memiliki pulsa paket data atau jaringan internet di tempat
tinggalnya tidak baik padahal sesungguhnya mereka memiliki pulsa paket data, juga
di daerah tempat tinggalnya memiliki jaringan internet yang baik. Oleh karena
itu sesekali saya menyiasati faktor kejenuhan itu dengan memberi materi
asinkron dan tetap memberikan pertanyaan umpan balik. Metode asinkron ini juga
sebenarnya ada kendalanya dimana butuh kerjasama dan pengawasan yang rutin
antara saya dengan orang tua di rumah untuk membimbing dan mengingatkan mereka untuk mempelajari materi asinkron
tersebut.
Dalam hal ini juga saya memahami bahwa orang tua juga memiliki kesibukan lain
selain menjaga anaknya mereka juga harus mengurus rumah tangganya, tetapi saya
tetap membangun komunikasi dengan orang tua mereka agar bekerja sama untuk
mempelajari materi secara asinkron.
Itulah empat tips yang saya lakukan dalam proses pembelajaran selama masa pandemi Covid 19 ini. Adanya perubahan metode pembelajaran pada masa pandemi yang dilakukan di rumah dengan metode daring (dalam jaringan), segogyanya dipahami oleh saya sebagai guru Sejarah Indonesia (SINDO) tidak hanya sekedar menyelesaikan kurikulum pembelajaran namun saya dituntut secara moral agar pembelajaran saya bisa dipahami oleh siswa/i khususnya dalam masa pandemik Covid 19 ini. Pembelajaran hendaknya tidak hanya sekedar transfer knowledge dengan menyampaikan materi ataupun memberikan tugas tetapi ada harus ada nilai atau pembentukan karakter yang tetap harus ditanamkan dan dibangun pada siswa/i. Seorang guru harus tetap mengontrol perilaku keseharian siswa/inya mulai dari jam bangun tidur pagi, mandi sebelum belajar, sarapan pagi, tidur siang, jam belajar malam, cara belajar atau perilaku siswa saat belajar (tiduran atau sambil mengerjakan tugas lain). Saya bermaksud selain memberikan materi pembelajaran saya juga terlibat dalam pembentukan karakter siswa/i dengan cara memantau aktivitas mereka dan mengarahkan mereka untuk mengatur waktu dan mengatur diri dengan baik dengan tujuan mereka dapat terbiasa dengan melakukan aktivitas dengan baik sehingga perlahan akan terbentuk karakter yang baik. Kegiatan pengontrolan memang tidak dapat dilakukan secara langsung oleh guru namun dapat dilakukan melalui kolaborasi yang harmonis antara orang tua siswa dan guru. Dengan kerjasama antara saya dan orang tua siswa/i maka pembentukan karakter siswa/i dapat terbentuk. Karena itu menurut saya pembelajaran online (dalam jaringan) sangat membutuhkan bantuan orang tua siswa/i khususnya untuk memantau aktivitas mereka di rumah.
Saya sebagai Guru Sejarah Indonesia (SINDO) bisa membuat
Standart Operasional Prosedur (SOP) pada
awal pembelajaran atau SOP proses pembelajaran di mana orang tua bisa menceklist
hal-hal yang perlu dilakukan siswa sebelum siswa masuk pada google classrom
atau program E-learning lainnya. Hal
ini perlu saya lakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan orang tua
dalam mengambil bagian dalam proses pembelajaran online
(dalam jaringan) ini.
Namun lagi-lagi saya menyadari bahwa orang tua kebanyakan sibuk dengan urusan
mereka sendiri. Pembelajaran online
(dalam jarigan) ini menurut saya
memang rumit, namun bagaimana pun juga ini adalah tugas dan tanggungjawab saya sebagai
seorang pendidik yang andal dan dapat dipercaya dengan harapan,
output siswa sesuai dengan harapan orang tua,
guru, masyarakat dan terutama harapan siswa itu sendiri. Demikian beberapa hal
yang perlu saya sampaikan sesuai dengan apa yang telah saya lakukan atau alami selama proses pembelajaran online
(dalam
jaringa) ini,
kiranya pengetahuan yang baik dapat diimbangi dengan mental
atau perilaku yang baik pula sehingga esensi atau tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat
terwujud.
Ingat,
bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki generasi yang berkarakter
kepribadian yang baik, tidak hanya cerdas di bidang ilmu pengetahuan, tetapi
cerdas dalam bersikap. Pandemi Covid 19 ini bukan menjadi halangan untuk saya
sebagai guru sejarah Indonesia tetapi saya tertantang untuk menciptakan
generasi muda yang andal, berbudi luhur dan memiliki tata nilai serta karakter
yang baik.
Salam semangat, tetap andal, terus berjuang dan salam PKD