
IMPLEMENTASI BUDAYA PERSAUDARAAN, KASIH, DAN DAMAI DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Salah satu indikator yang dapat mendeskripsikan kualitas dari suatu sekolah adalah budaya yang hidup dan berkembang di lingkungan sekolah tersebut. Budaya sekolah merupakan nilai-nilai tradisi yang menjadi ciri khas dari suatu sekolah dan menjadi pedoman bagi seluruh warga sekolah dalam berperilaku. Melalui adanya budaya sekolah yang bersifat positif dapat menciptakan suasana lingkungan sekolah yang kondusif sehingga terwujudnya visi dan misi dari sekolah tersebut.
SMK Swasta Santo Aloisius memiliki budaya sekolah tersendiri. Adapun budaya sekolah yang hidup dan berkembang di sekolah tersebut adalah persaudaraan, kasih, dan damai. Persaudaraan memiliki makna bahwa seluruh warga sekolah merupakan satu keluarga besar yang tidak dapat dilepas pisahkan. Sedangkan kasih dan damai memiliki makna bahwa seluruh aktivitas pada lingkungan sekolah tersebut didasari pada rasa kepekaan, kepedulian, kekompakan, cinta lingkungan, tanggung jawab, kedisiplinan, kasih sayang, kejujuran, saling menghormati, toleransi, dan selalu mengedepankan kedamaian serta menghindari perpecahan.
Persaudaraan, kasih, dan damai telah menjadi spirit utama yang menopang kehidupan di lingkungan belajar SMK Swasta Santo Aloisius sejak awal mula sekolah tersebut didirikan. Berbagai hal telah dilakukan sebagai upaya mengimplementasikan budaya persaudaraan, kasih, dan damai di sekolah tersebut, di antaranya adalah:
(1) kebiasaan berjabat tangan antar warga sekolah. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari ketika kepala sekolah, guru dan pegawai serta seluruh siswa tiba di sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu bukti konkret bahwa seluruh warga sekolah saling menghormati. Kegiatan ini juga menambah keakraban baik antar sesama guru, guru dan pegawai, guru dan siswa maupun antara sesama siswa. Kebiasan baik ini sempat hilang karena pandemi covid-19. Namun setelah pandemi berakhir, kebiasaan ini dibangun kembali.
(2) Kebiasaan melakukan kunjungan rumah terhadap siswa yang memiliki masalah terkait ketidakhadiran di sekolah. Kunjungan rumah tersebut dilakukan oleh guru wali kelas dan guru bimbingan dan konseling sebagai upaya agar siswa yang mengalami permasalahan tersebut kembali rajin untuk datang ke sekolah. Hal ini merupakan tindakan yang berlandaskan kasih agar siswa yang bermasalah tersebut jangan sampai putus sekolah.
(3) Kebiasaan terlibat aktif dalam kegiatan pelayanan di Gereja. SMK Swasta Santo Aloisius sering mendapat kepercayaan dari Gereja Paroki Kumba untuk menanggung liturgi pada hari Jumat pertama dan bahkan pada hari Minggu. Kepercayaan tersebut dijalankan secara totalitas dan penuh tanggung jawab. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelayanan yang ikhlas kepada umat Paroki Kumba.
Dok. : Kegiatan Koor Gereja St. Mikael Kumba(4) Kebiasaan terlibat aktif dalam kegiatan bakti sosial di luar lingkungan sekolah. SMK Swasta Santo Aloisius sering terlibat aktif bersama masyarakat di kelurahan Tenda dalam kegiatan membersihkan lingkungan di luar sekolah. Kegiatan membersihkan lingkungan yang dimaksud adalah memungut sampah, membersihkan selokan agar air dapat berjalan dengan lancar, dan membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh baik di tepi jalan maupun di sekitar rumah warga. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa cinta dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
(5) Kebiasaan rutin melakukan kegiatan sharing kitab suci setiap bulan September. Kegiatan ini dilakukan baik antara Kepala sekolah, sesama guru dan pegawai maupun antara guru dan siswa. Melalui kegiatan tersebut, baik kepala sekolah, guru, pegawai maupun siswa dapat saling membagikan pengalaman imannya. Dengan adanya kegiatan tersebut, setiap warga sekolah dapat saling belajar antar satu dengan yang lainnya. Dampak nyata dari kegiatan tersebut adalah perlahan demi perlahan setiap warga SMK Swasta Santo Aloisius telah memiliki karakter iman kristiani yang baik. Selain itu kegiatan ini juga membuat jalinan persaudaran seluruh warga sekolah semakin erat.
(6) Kebiasaan melaksanakan kegiatan ret-ret akhir tahun bagi seluruh guru dan pegawai. Kebiasaan positif ini dilaksanakan dengan tujuan agar seluruh guru dan pegawai dapat meninjau kembali segala kelemahan atau kekurangan selama bekerja dalam kurun waktu satu tahun terakhir dan berusaha mencari solusi guna memperbaiki segala kelemahan atau kekurang tersebut. Melalui kegiatan tersebut, baik guru maupun pegawai melakukan ‘upgrade’ diri secara berkala. Dampak dari kegiatan tersebut adalah kualitas diri guru dan pegawai dari tahun ke tahun semakin meningkat.
(7) Kebiasaan terlibat aktif dalam acara sosial dari warga sekolah. Acara sosial yang dimaksud dapat berupa pesta pernikahan guru atau pegawai, pesta sambut baru dari anggota keluarga dari guru atau pegawai dan juga acara kedukaan ketika ada anggota keluarga dari warga sekolah yang meninggal dunia. Contoh konkret dari keterlibatan seluruh guru dan pegawai dalam mengikuti acara sosial tersebut adalah ketika ada guru yang menikah, maka guru-guru dan pegawai yang lainnya berinisiatif untuk menyediakan kado dan mengikuti acara resepsi pernikahan dari guru yang bersangkutan. Selain itu, ketika ada warga sekolah yang berduka karena kematian anggota keluarga, maka warga sekolah yang lainnya berinisiatif untuk mengumpulkan uang duka dan ikut mendoakan keselematan jiwa dari anggota keluarga yang meninggal tersebut. Kebiasaan baik ini terjadi berkat dorongan rasa cinta dan kepekaan di antara warga sekolah sehingga ikatan kekeluargaan yang terjalin semakin erat.
Melalui budaya persaudaraan, kasih, dan damai yang telah menjadi tradisi di SMK Swasta Santo Aloisius, telah membentuk karakter yang menjadi ciri khas tersendiri bagi sekolah tersebut. Dengan adanya budaya persaudaraan, kasih dan damai, telah memberikan pelajaran hidup yang berharga bagi setiap warga sekolah sehingga warga sekolah lebih peka terhadap kesulitan hidup orang lain, bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan, rela berkorban untuk membantu sesama yang membutuhkan bantuan, memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap orang yang berbeda keyakinan atau kepercayaan, saling menghormati antar sesama, menjaga serta merawat lingkungan dan disiplin dalam menjalankan setiap tugas atau pekerjaan. Oleh sebab itu, budaya persaudaraan, kasih, dan damai perlu dipertahankan dan dilestarikan agar melalui budaya tersebut dapat menjadi sarana untuk membentuk manusia seutuhnya.
Pius Maximianus Sorat, S.Pd.