Makna Hidup Manusia menurut Aristoteles dan Victor Frankl
(Fransiskus Yafmat)
Pengantar
Manusia
memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang hidupnya. Cara pandangan tersebut
lantas akan termanifestasi dalam sikap atau cara berada seseorang. Ada orang
yang memandang hidupnya dengan penuh kedangkalan. Misalnya hidup hanyalah
sebuah jalan menuju kematian (zein zum
tode). Prinsip “hidup sebagai jalan menuju kematian” tanpa deserment mendalam dapat menghancurkan
nilai manusia itu sendiri. Orang melihat dunia ini hanya sebagai locus persinggahan nihil makna dan masa
hidup adalah templus kesia-siaan. Bagi
orang-orang tertentu pandangan ini adalah sebuah interpretasi yang melihat
makna hidup dalam bingkai abdsurditas / hidup yang tak bermakna.
Pada sisi lain, ada orang yang memandang hidup dengan
kepenuhan makna. Hal ini tentu lahir dari kesetiaan orang menemukan diri
sendiri dalam keheningan batin dan refleksi. Pencarian makna hidup ini
merupakan salah satu pencarian tersulit dan tertinggi dari aktivitas manusia.
Orang membutuhkan banyak metode dan subjek serta objek lain dalam menemukan
dirinya sendiri. Jika tidak, aktivitas tersebut hanya akan menjadi sebuah upaya
yang menelurkan tanda tanya.
Makna
Hidup Manusia
Beberapa tokoh memberikan gagasan terkait dengan makna
hidup manusia. Sebagai misal; Menurut
Aristoteles, tujuan atau makna tertinggi manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia/happiness/well-being),
kedaan objektif yang tidak tergantung pada perasaan subjektif. Perlu diketahui
bahwa kebahagian mengandung ciri kesempurnaan dan mempunyai jiwa (daimôn)
yang baik. Manusia bisa disebut bahagia apabila mampu menjalankan
pemikiran dan keutamaan secara serentak dalam jangka panjang, bersifat stabil.
Supaya sungguh-sungguh bahagia, manusia harus merasa senang ketika menjalankan
kebahagiaan. Karena kebahagiaan tidak lengkap apabila tidak disertai kesenangan
(pleasure), unsur batiniah.
Aristoteles menyebutkan
dua jenis keutamaan. Pertama, keutamaan moral. Menurut
Aristoteles, keutamaan merupakan watak yang memungkinkan manusia memilih jalan
tengah di antara dua ekstrem yang berlawanan. Dengan kata lain, keutamaan
merupakan jalan tengah antara kelebihan dan kekurangan. Kedua,
keutamaan intelektual. Menurut Aristoteles, rasio manusia mempunyai dua fungsi,
yaitu mengenal kebenaran (rasio teoretis) dan memberikan petunjuk ketika
seseorang membuat keputusan (rasio praktis).
Tokoh lain yang menyumbangkan gagasan
tentang makna hidup manusia adalah Victor Frankl. Dalam
bukunya yang berjudul Man’s Search for Meaning, Frankl mengisahkan pengalaman hidupnya sebagai tahanan di kamp
konsentransi. Pengalaman-pengalaman di kamp konsentrsi tersebut dijadikan dasar
teorinya tentang logoterapi dan
menjelaskan pendapatnya tentang manusia. Frankl menulis siapakah manusia dan
kemampuan khas apa saja yang dimiliki manusia itu. Dengan demikian, kita dapat
menemukan makna hidup manusia yang terimplisit dalam teori tersebut.
Manusia menurut Frankl dalam teorinya tentang logoterapi adalah mahkluk yang memiliki
tujuan hidup utamanya mencari dan menemukan makna hidup. Makna hidup merupakan
nilai yang tertanam dalam diri seorang manusia yang dapat mempengaruhi seluruh
keberadaannya. Makna hidup ini juga merupakan sebuah pemahaman yang dihubungkan
dengan makna tersembunyi dan semangat religious sebagaimana yang dialami Frankl
dan teman-temannya terutama pengalaman buruk dalam kamp konsentrasi. Mereka
mampu mengasingkan diri dari kehidupan mereka yang sulit dalam kehidupan batin
yang kaya dan kehidupan spiritual yang bebas.[1] Frankl mencari makna dari
penderitaan yang dialaminya dan terkadang mengasingkan diri pada kegiatan
berdoa dan membayangkan istri yang dicintainya.
Setiap situasi yang dialami manusia mengharuskannya
untuk menentukan secara personal masalah tersebut. Dia sendirilah yang akan
menentukan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Penentuan yang akan dilakukan
ini berhubungan dengan sikap batin dan psikis manusia. Manusia bisa menentukan
jalan menghadapi masalah dengan aspek dan kemampuan yang dimilikinya.
Aspek-aspek dan kemampuan-kemampuan khas pada manusia
merupakan suatu bentuk kelebihan. Beberapa aspek dan kemampuan manusia itu
adalah kebebasan, tanggung jawab, cinta
dan kekuatan khayalan atau imajinasi
terhadap suatu keindahan. Kemampuan dan aspek-aspek tersebut merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat tidak ada pada manusia. Manusia bisa menghadpi
masalah dengan kemampuan yang sudah dimilikinya. Kemampuan itu pula yang
mendorong seseorang untuk menentukan jalan hidupnya.
sumber : https://obs.line-scdn.net
Kebebasan menentukan jalan hidup membutuhkan tanggung
jawab. Manusia mempunyai tanggung jawab dalam memelihara dan menjaga jalan
hidup yang dipilihnya. Tanggung jawab yang dimiliki manusia terarah pada tiga
objek yaitu, bertanggungjawab terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan
terhadap Tuhan. Dalam teori logoterapi
Frankl, tanggung jawab merupakan esensi dari hidup manusia.[2] Orang yang
bertanggungjawab menyadari, memahami,dan dapat menunjukkan alasan dan tujuan hidupnya.
Aspek dan kemampuan kedua yang melekat pada manusia
adalah kemampuan untuk mencintai dan dicintai. Cinta membantu orang mengenal
orang lain dan bahkan dapat mengubah keadaan psikologis dan fisik seseorang.
Contoh kekuatan cinta itu ada pada pengalaman Frankl sendiri. Cinta kepada
istrinya membantu dia untuk bertahan dalam keadaannya dan bahkan mengubah
keadaan tertekan yang dialaminya menjadi sesuatu yang penuh dengan kehangatan.[3]
Pengalaman Frankl ini merupakan gambaran dari afeksi
manusia. Manusia itu tidak pernah bisa terlepas dari cinta. Cinta itu merupakan
sesuatu yang sangat membantu perkembangan kepribadian manusia dan memberi
ketenangan sejauh manusia dapat menemukan makna cinta tersebut. Sama seperti
Frankl merindukan dan berimajinasi tentang istrinya di tengah kecemasan dan penderitaan.
Manusia umumnya tidak bisa terpisah dari cinta. Dalam cinta, manusia mendapatkan
dan menikmati keindahan. Perasaan cinta manusia menembus batas-batas fisik dan
menyanggupkan manusia merasakan kenyamanan.
Pada bagian tertentu dalam Injil, misalnya; Matius 5:1 – 12 (Delapan Sabda bahagia Yesus)
menitipkan makna mendalam bagi hidup manusia. Perikop Injil ini seakan
menegaskan kembali dua pemikiran besar tokoh di atas, Aristoteles dan Victor
Frnakl. Yesus menunjukkan betapa pentingnya kita memaknai hidup dengan
kebahagiaan. Kebahagiaan yang digambarkan dalam perikop ini pertama-tama
merupakan kebahagiaan dalam relasi seseorang dengan dirinya, seseorang dengan
Tuhan, dan seseorang dengan orang lain. Dengan demikian, kebahagiaan dan cinta
merupakan tujuan dan makna tertinggi hidup seseorang.
Penutup
Keadaan dan keberadaan manusia sangat dipengaruhi oleh
dirinya sendiri. Manusia dapat menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya
untuk menentukan jalan dan makna hidupnya. Keadaan seseorang juga dipengaruhi
oleh afeksi. Cinta sangat mempengaruhi keseluruhan diri seseorang. Cinta mampu
memberikan kenyamanan dan keindahan kepada setiap orang. Dasar kehidupan
manusia adalah tanggung jawab. Manusia memiliki tanggung jawab terhadap dirinya,
sesama dan pencipta. Manusia memiliki makna hidup yang paling tinggi, yaitu
kebahagiaan, cinta, dan tanggung jawab.
Kepustakaan
Dardiri, A. “Etika Pengembangan Diri Menurut
Aristoteles.” Jurnal Filsafat, 16 November 1993, 29-34.
Frankl,
Victor E, Man’s For Meaning, Resived and
Updated. New York: Washington, 1985.
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar:
Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius, 1987.