
SATU TAHUN MENJADI GURU DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh:
Angela Ngare, S.Pd.
(Guru
Bahasa Indonesia SMK Swasta St. Aloisius)
Menjadi
seorang guru adalah salah satu pengalaman terbaik di dalam hidup setiap insan
yang memiliki profesi tersebut. Dunia pendidikan tidak terlepas dari peran
guru. Itulah mengapa guru disebut sebagai pilar pendidikan. Menjalankan profesi
guru di masa pandemi covid-19 memang tidak mudah. Guru harus menjadi pengerak
dalam membangun pembelajaran di masa pandemi dan menjalankan tugasnya secara
profesional dengan segala tuntutan. Pengalaman mengabdi sebagai guru Bahasa
Indonesia di SMKS St. Aloisius merupakan hal yang mengesankan dan tantangan
bagi saya. Mengapa demikian? Karena ketika saya menjadi guru baru di lembaga
pendidikan tersebut, saya dihadapkan dengan situasi pandemi dan pembelajaran
jarak jauh.
Sebagai
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya menginginkan tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia dapat terlaksana dengan efektif di masa pademi ini. Walaupun
kenyataannya belum bisa sepenuhnya terlaksana, namun saya tetap bersyukur
karena masih bisa berproses bersama peserta didik. Proses pembelajaran tidak
hanya dilakukan saat jam mengajar saja, tetapi proses pembelajaran juga bisa
terjadi di mana saja dan kapan saja. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia antara lain siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Hal ini yang dilakukan
peserta didik SMKS St. Aloisius kelas X dan XI dalam mengikuti lomba pidato memperingati
Hari Pendidikan Nasional 2021. Segala proses dilewati dengan melakukan technical meeting, pendampingan, pengumpulan
video dan naskah pidato, serta evaluasi. Hingga akhirnya, peserta lomba yang
dinyatakan juara mengisi kesempatan untuk tampil di Youtube Aloisius.
Adapun
keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbahasa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni aspek
reseptif dan aspek produktif. Aspek reseptif bersifat menerima, seperti kegiatan
menyimak dan membaca. Sedangkan aspek produktif bersifat memproduksi bahasa,
seperti kegiatan berbicara dan menulis. Berkaitan dengan hal ini, keterampilan
berbahasa peserta didik dibentuk saat kegiatan literasi atau pembentukan
karakter sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Tujuan dari kegiatan
tersebut adalah untuk membangun budaya positif. Literasi menjadi sarana peserta
didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapat di sekolah.
(Kegiatan literasi pembentukan karakter
peserta didik SMKS St. Aloisius)
Selain
kegiatan untuk membentuk karakter siswa, adapun kegiatan lain yang berguna
untuk saya sebagai guru Bahasa Indonesia, yaitu mengikuti pelatihan sekaligus
perlombaaan “Wajah Bahasa Sekolah”
yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT. Melalui kegiatan
tersebut, pengetahuan saya semakin berkembang. Selain bermanfaat untuk diri
saya, ternyata kegiatan itu juga berpengaruh terhadap SMKS St. Aloisius karena
masuk “Sepuluh Nomine Wakil Nusa Tenggara Timur dalam Penghargaan Wajah Bahasa
Sekolah Tingkat SMA/SMK/MA Tahun 2021”.
(Peserta lomba Penghargaan Wajah Bahasa
Sekolah Tahun 2021 sedang mendengarkan materi)