
Suka Duka Menjadi Guru di Tengah Pandemi Covid-19 (Berbasis Pembelajaran Daring)
Oleh:
Angela Ngare, S. Pd.
(Guru
Bahasa Indonesia SMK Swasta St. Aloisius Ruteng)
Dalam
UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berbicara
tentang suasana belajar dan proses pembelajaran bagi guru dan peserta didik,
harusnya bisa berjalan dengan baik dan mencapai apa yang diinginkan. Namun
terkadang harapan dan kenyataannya tidak berjalan searah. Pada tahun 2020
merupakan tahun yang benar-benar mengubah dunia. Pasalnya, di tahun tersebut
munculnya virus berbahaya dan mematikan, yaitu COVID (Corona Virus Disease). Segala aktivitas dan pergerakan dibatasi,
mulai dari masyarakat, pemerintah, sekolah, perguruan tinggi, tempat ibadah,
dan tempat umum lainnya.
Hadirnya
pandemi ini sangat meresahkan semua orang, terlebih khusus guru dan peserta
didik. Mulanya suasana belajar dan proses pembelajaran masih tampak normal karena
adanya pembelajaran tatap muka antara guru dan peserta didik di sekolah. Namun,
kebiasaan itu benar-benar harus diubah. Sekarang tidak lagi seperti itu. Tidak
hanya kegiatan belajar mengajar di kelas saja yang ditiadakan, tetapi kegiatan
pembentukan karakter lainnya seperti ekstrakurikuler juga ditiadakan sementara.
Peraturan yang dibuat pemerintah mewajibkan proses pembelajaran ditiadakan di
sekolah. Proses pembelajaran yang kita kenal sekarang ini disebut pembelajaran
daring (dalam jaringan). Ini bukan kemauan kita, bukan juga kemauan pemerintah,
melainkan peraturan itu dibuat untuk kebaikan semua orang.
Dalam
tulisan ini, saya akan sedikit membahas mengenai suka duka pengalaman saya
menjadi guru. Hampir 8 bulan saya menjadi tenaga pendidik di SMK Swasta St.
Aloisius Ruteng. Banyak hal yang saya dapatkan di lembaga pendidikan ini.
Menjadi guru di tengah pandemi sangatlah tidak mudah. Banyak hal baru yang
ditemui bahkan hal yang menurut saya itu sulit, namun harus dilakukan.
(Ilustrasi gambar pembelajaran daring)
Suka duka menjadi tenaga pendidik.....
Sejak pembelajaran daring ditetapkan, dinamika proses pembelajaran mengharuskan guru dan peserta didik agar bisa menguasai teknologi. Hal tersebut sebagai jembatan komunikasi dua arah bahkan lebih antara guru dan peserta didik. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada saja hambatan dalam mencapai suasana belajar yang baik dan juga proses pembelajaran yang efektif. Duka dari pembelajaran daring ini bahwa saya masih kurang menguasai beberapa teknologi/aplikasi canggih untuk dijadikan alat penunjang belajar. Sebelum adanya pandemi, saya belum mengenal dan mengetahui yang namanya aplikasi Zoom, Google Classroom, dan Google Form. Tiga aplikasi tersebut menurut beberapa orang terkesan sederhana, tetapi bagi saya awalnya sangat sulit untuk dipelajari. Terkadang terlintas di benak bahwa, saya sebagai guru belum paham dengan aplikasi tersebut, lantas bagaimana dengan peserta didik? Di sini saya merefleksi diri bahwa saya harus bisa keluar dari zona nyaman ini, artinya harus bisa berproses dengan baik dan ada keinginan untuk belajar tentang banyak hal termasuk aplikasi tersebut.
Baca Juga : Siswa SMK di Ruteng Membuat Mesin Pencacah Pakan Ternak Babi
Duka
lain yang saya rasakan selama pembelajaran daring yaitu, proses pembelajaran
yang menjadi tidak efektif dan maksimal. Walaupun peserta didik melakukan
proses pembelajaran melalui gawai yang terkesan praktis, namun ada saja
hambatannya. Pengalaman saya memberikan pelajaran kepada peserta didik melalui Zoom Meeting dianggap kurang maksimal.
Karena sebagian besar peserta didik tidak langsung terlibat dalam proses
pembelajaran. Menurut mereka (peserta didik), kurangnya akses jaringan yang
stabil dan pulsa internet yang tidak cukup sebagai penghalang keterlibatan
mereka dalam belajar. Tidak hanya itu, sebagian besar peserta didik juga tidak
bisa melakukan proses pembelajaran daring karena tidak memiliki gawai. Hal
inilah yang menjadi penghambat dalam berproses. Sebagai guru pun, saya juga
tidak bisa menyalahkan keadaan. Namun bukan berarti harus menyerah pada
keadaan, melainkan tetap maju dan berupaya mencari jalan keluar.
Sosok
peserta didik merupakan hal yang paling dirindukan di masa pandemi ini.
Memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda adalah ciri khas mereka.
Pembelajaran daring menyulitkan guru untuk mengenal secara mendalam karakter
dari setiap peserta didik. Salah satu karakter yang ditekankan adalah rasa
tanggung jawab. Terkadang peserta didik melalaikan tangung jawabnya dalam
mengerjakan tugas atau ulangan. Sebagai guru saya harus banyak bersabar untuk
menunggu dan akan tetap memeriksa hasil pekerjaan mereka walaupun waktu yang
ditentukan sudah lewat.
Hal
yang saya suka dari pembelajaran daring adalah bahwa saya banyak mendapat
pengetahuan dan teknologi baru. Aplikasi yang sebelumnya saya tidak tahu,
sekarang sudah bisa diterapkan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya itu, ada
juga beberapa pelatihan yang saya ikuti yakni, Webinar bersama Websis For Edu, Pelatihan Google
Suite for Education (Pemanfaatan Akun Belajar), dan Pelatihan Implementasi
Aplikasi E-Learning dan Ujian Berbasis
Online (CBT). Semuanya itu saya ikuti di sekolah bersama rekan guru lainnya.
(Foto: Webinar bersama
Websis For Edu)
Sertifikat Keikutsertaan
dalam Pelatihan
Implementasi Aplikasi E-Learning dan Ujian Berbasis Online (CBT)
Baca Juga : Guru SMKS St Aloisius Mengikuti Pelatihan Aplikasi Ujian Berbasis Online (CBT)
Selain
itu, ada bantuan yang diterima guru dan peserta didik berupa pulsa gratis dari
sekolah dan Kemendikbud. Kuota internet yang dibagikan sekolah sebesar 4 GB, sedangkan kuota internet Kemendikbud
sebesar 12 GB untuk guru dan 10 GB untuk peserta didik. Jujur, hal ini
lumayan membantu para guru dan juga peserta didik karena bisa menghemat uang saku
dan menunjang pembelajaran daring. Hal lain yang saya sukai dari pembelajaran
daring adalah kurangnya aktivitas yang terjadi di sekolah. Dengan begitu, dampak
penyebaran virus Corona diharapkan semakin sedikit dan segera terputusnya mata
rantai penyebaran virus.
Sekian dan terima kasih. Salam PKD (Persaudaraan Kasih dan Damai).